DEMI KEHIDUPAN YANG BERKELANJUTAN
"Our eart is a blue ball with pieces of land. If you don't take care of the land it will be all smelly and yuky. If people keep cutting down plants and trees we will have no air to breathe .. . . "
Apakah anda sekalian juga menyayangi bumi dan mengaplikasikan rasa "sayang" itu dalam kehidupan sehari-hari ? Tak ada kata terlambat untuk memulai.
Ayo, sayangi bumi kita.
Kilas balik
Sisakan bumi bagi anak cucu kita
Pagi hari menjelang siang, 22 April 1970, jutaan orang menyemut di Fifth Avenue, New York, Amerika Serikat. Mereka mengangkat tinju ke angkasa, mengecam para perusak bumi. Tak sedikit pula yang meluncurkan sumpah serapah kepada bandit-bandit korporasi yang sengaja menghancurkan lingkungan demi pengerukan laba. Itu adalah puncak dari kampanye gagasan tentang HARI BUMI, yang setahun sebelumnya didengungkan oleh seorang senator AS dari negara bagian Wisconsin, Gaylord Nelson. Diperkirakan ada 20 juta orang yang turun kejalan hari itu. Peristiwa yang memancarkan asa itu kemudian dijadikan penanda sejarah diperingatinya Hari Bumi untuk pertama kali. Semangat yang diusung pada momen 41 tahun lalu itu masih relavan hingga hari ini.
Peringatan hari bumi boleh dirayakan oleh semua bangsa di dunia, dan semua korporasi yang berdiri tegak dimuka bumi. Namun, bila peringatan itu hanya sebatas seremoni dan tindakan-tindakan pragmatis menanam seribu, bahkan sejuta pohon, misalnya, tak sekalipun kita layak berkata bahwa kita telah menjalankan bisnis yang ramah lingkungan.














No comments:
Post a Comment