Tekek sering digunakan dalam pengobatan tradisional Cina yang memiliki efek anti-tumor. Para ahli pengobatan Cina mengembangkan obat tumor dari organ tubuh tokek, Tim yang diketuai Prof. Wang dari Universitas Henan, Cina, menunjukkan bahwa zat aktif tekek tidak hanya meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh dari suatu organisme, tetapi juga menginduksi sel-sel tumor apoptosis (yang membunuh dirinya sendiri) serta menekan ekspresi protein VEGF dan bFGF, faktor pendukung berkembangnya kanker. Tekek efektif dimanfaatkan untuk menghilangkan tumor ganas, terutama tumor di bagian sistem pencernaan yang dijadikan sebagai alternatif pengobatan, yaitu operasi, radioterapi, dan kemoterapi. (Terbukti).Tekek memiliki antibodi yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk menetralisir racun dalam tubuh yang kita kenal sebagai alergi dengan beberapa klasifikasi segala jenis alergi kulit ataupun alergi pernafasan, seperti asma, gatal-gatal, kudis, eksim dan lain sebagainya. Dan yang lebih utama manfaat dari tokek terdapat pada pangkal ekor nya yang memiliki kemampuan regenerasi sel, yang dipercaya bermanfaat untuk memulihkan tenaga dan mengganti sel tubuh yang rusak setelah sakit atau yang terutama dapat segera mengembalikan fungsi vitalitas pria setelah beraktivitas.
Monday, January 31, 2011
Ngerumpi VS Sehat
Ngerumpi diidentikkan dengan cewek, padahal kaum cowok juga mempunyai kebiasaan yang sama. Remaja punya kebiasaan hang out dan clubbing. Mereka kumpul di klab, kafé, music room, atau diskotik. Untuk ngumpul di tempat kayak begini jelas butuh duit nggak sedikit. Kalau di warung kopi sih murah seharga 2000 perak, di kafé secangkir capuccino bisa dibandrol 50 ribu perak. Kalau sudah asyik, ngerumpi seharian kagak terasa xi xi xi xi . . . .
Tapi dimana ? yg sedang di gandrungi, salah satunya ngerumpi di dunia maya xi xi xi xi . . .
Memang sih kebiasaan ngobrol memang lebih sering dilakukan kaum wanita ketimbang para pria. Hal ini disebabkan kerja otak pria dan wanita emang berbeda. Melalui teknologi yang disebut brain mapping (pemetaan otak), ketahuan bahwa otak kanan dan kiri manusia tersambung oleh sekumpulan saraf kecil yang disebut corpus calossum. Ternyata, ukuran corpus calossum cowok umumnya 25% lebih kecil dibandingkan kepunyaan cewek. Kaum cowok mengolah bahasa hanya di otak sebelah kirinya saja, sedangkan para cewek menggunakan enam atau tujuh daerah korteks di kedua belahan otaknya untuk mengolah bahasa. Menurut para pakar otak, inilah yang menyebabkan cowok lebih sedikit memainkan perasaan atau pikiran yang berhubungan dengan kata
Tapi sehat gak tuh ?
Ngerumpi adalah obat stress yang mujarab. Saat ngobrol, manusia bisa saling berbagi cerita dan meminta dukungan dari teman-temannya. Bahkan bisa jadi dari obrolan itu ada solusi buat masalah yang lagi ada di pikiran.
Ngerumpi juga baik buat ibu-ibu yang lagi hamil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan UCLA pada tahun 2001 ini melibatkan 247 ibu hamil. Melalui wawancara diketahui bahwa mereka yang memiliki hubungan baik dengan keluarga dan teman akan mendapatkan bayi yang lebih gemuk.
Ngerumpi dan curhat itu asalnya adalah mubah. Tetapi ia juga bisa menjadi amal yang baik kalau dari rumpian itu ajang ngasih solusi buat saudara kita yang lagi kesusahan. Dari riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw. pernah mengatakan bahwa salah satu hak muslim atas muslim ada enam, di antaranya adalah memberikan nasihat jika saudaranya membutuhkan. Bukankah itu salah satu manfaat persaudaraan seiman?
Jika kamu punya masalah ada baiknya nggak disimpan sendiri. Coba deh, curhat pada orang terdekatmu. Moga-moga dia bisa ngasih solusi. Kalaupun nggak, setidaknya dengan berbagi perasaan, dan ada dukungan (seperti tepukan di bahu), itu sudah melegakan diri kita. Apalagi kalau teman curhat mau mendoakan kita agar terlepas dari kesusahan.
Abu Hurairah ra., sahabat Rasulullah saw. pernah berniat untuk itikaf di masjid Nabawi. Saat tiba di dalam mesjid, beliau melihat ada seorang pria yang tengah duduk dan bersedih. Ia pun terdorong untuk menghampiri lelaki itu dan bertanya sebab kesedihannya. Akhirnya pria itu pun menceritakan kesusahannya. Kemudian Abu Hurairah berkata, “Berdirilah bersamaku, aku akan memenuhi kebutuhanmu.” Lelaki itu berkata, “Apakah engkau akan meninggalkan i’tikafmu di masjid Rasulullah saw. ini demi diriku?”
Abu Hurairah meneteskan air mata dan berkata, “Aku mendengar penghuni kuburan ini (yakni Rasulullah saw.) berkata, ‘Berjalannya salah seorang di antara kalian untuk memenuhi kebutuhan saudaranya sampai terpenuhi, lebih baik baginya daripada i’tikafnya di masjidku ini selama 10 tahun’.”
Tips --------->
· Jadikan ortu sebagai teman curhat. Dengan pengalaman hidup yang lebih banyak daripada kita, banyak pelajaran yang sudah mereka dapatkan.
· Untuk urusan penting, jadikan ortu orang pertama yang mengetahuinya. Hadapi semuanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Kita percaya, meski ortumu jengkel tapi ia menyimpan tanggung jawab yang besar buat anak-anaknya.
· Ngerumpilah dengan sesama cowok. Bukan apa-apa, ikhtilat (bercampur + interaksi) dengan cewek itu hukum asalnya adalah haram. So, carilah teman rumpian sejenis. Lagian, kalau ngerumpi bareng cewek menyimpan potensi gaul nggak sehat, macam jalan bareng, duduk bareng, apalagi udah ngerasa akrab jadi bisa pegang-pegangan segala.
· Jaga rahasia orang lain.
. Tidak perlu ngomongin orang
. Asal kata ngerumpi
Friday, January 28, 2011
bosan vs strees
bosan vs strees
Kalau KH. Abdullah Gymnastiar pernah sukses dengan Manajemen Qolbunya (MQ), yang pada beberapa tahun terakhir sangat populer dan akrab dengan masyarakat indonesia. Kemudian Ustadz Iip Wijayanto mulai terkenal dengan Manajemen Cintanya (MC) dan buku-bukunya yang laris di pasaran seperti “sex in the kost”. Sekarang Wiwit Yudiantara hadir, dengan membawa manajemen baru di postingan ini, yaitu Manajemen Stress (MS). Mendengar kata “stress”, pasti teman-teman pikirannya langsung negatif, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua stres itu negatif. Kita bahkan butuh stres untuk merangsang kreativitas. Tentu, kalau kita bisa menyiasatinya. Saya yakin teman2 semua pernah mengalami stress, atau bahkan capres dan cawapres yang tidak terpilih nanti juga akan mengalami hal ini, bisa jadi postingan saya kali ini, bisa menajdi obat stres bagi mereka…..ha 3x.
SECARA BIOLOGIS, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary yang terletak di bawah otak mengirimkan "alarm" dan hormon ke kelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul.
Memang, dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang dengan mengubah sistem di dalam tubuh untuk mengatasinya. Inilah sebabnya banyak dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan penyesuaian tubuh akan menyebabkan gangguan baik fisik maupun psikis.
Penelitian di AS menemukan, enam penyebab utama kematian yang erat hubungannya dengan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri.
Sumber dan Manfaat Stres
Kalau mau dikatakan dengan jujur: ke mana pun pergi, Anda tak dapat lari dari stres! Apalagi di zaman yang kian keras, individualistik, kompleks dan penuh persaingan. Dr. Alfred M. mengatakan, "Stres adalah kondisi mutlak manusia berbudaya".Penelitian di AS menunjukkan 44 persen karyawan golongan kerah putih (white collar) termasuk dalam kelompok yang dibebani pekerjaan terlampau berat. WHO malah memperkirakan setiap saat satu persen penduduk dunia mengalami gangguan mental karena stres.
Bagi eksekutif hidup di bawah tekanan, ternyata merupakan prasyarat untuk menapaki karier. Semua stressor dapat berakibat baik, selama yang menerima mampu menyesuaikan diri. Setiap orang memang mempunyai persediaan energi tertentu untuk mengisi sistem endokrin. Menjadi biasa terhadap ancaman (stressor) menyebabkan seseorang tak lagi tertekan kalau terkena stres. Setelah berpengalaman mengalami stres, ambang batas semacam itu selalu dapat ditingkatkan. Stres memberi kesempatan pada seseorang untuk belajar menghadapi tekanan dan hasilnya diperoleh kemampuan yang bermanfaat untuk menghadapi berbagai jenis stres selanjutnya. Para ahli jiwa mengatakan bahwa stres diperlukan untuk pendewasaan diri.
Maka, jangan heran kalau mengenal beberapa orang yang senang mencari tantangan. Mereka selalu merasakan nikmatnya mengatasi kesulitan besar, yang bagi orang lain merupakan kegiatan yang penuh stres. Toleransi stres mereka memang lebih tinggi. Suasana nyaman atau tenteram malah tidak terlalu mereka sukai. Mereka selalu mencari atau menciptakan situasi yang penuh stres.
Beberapa kondisi yang bisa memicu stres adalah tugas/tanggungjawab yang tak jelas, konflik peran dalam jabatan, terlalu terbebani tugas atau batasan waktu dalam menyelesaikan tugas. Bisa jadi, atasan atasan yang tak menyenangkan, perubahan tugas/lokasi kerja, juga ketakjelasan karier/sasaran pekerjaan dan kesulitan hubungan interpersonal/kelompok.
Gejala Mengidap Stres
Gejala stres biasanya muncul perlahan-lahan, tidak jelas kapan mulainya dan sering tidak disadari. Dari kesehatan memburuk, prestasi kerja menurun sampai gangguan mental yang berat.
Para ahli membagi stres menjadi enam tahap, dengan gejala yang khas di setiap tahap. Tahap pertama, biasanya orang menjadi bersemangat besar. Penglihatannya menjadi lebih tajam dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih besar. Cuma, tak disadari bahwa cadangan energinya menjadi menipis.
Tahap kedua, dampak stres yang menyenangkan mulai hilang dan timbul keluhan-keluhan akibat cadangan energi tak lagi cukup. Gejalanya: keletihan, gangguan sistem pencernaan, disertai jantung berdebar, tekanan darah naik, rasa tegang di otot punggung dan tengkuk. Juga timbul perasaan-perasaan tak enak: tak puas, khawatir/cemas, tertekan, rendah diri, jenuh/bosan atau merokok dan minum berlebihan.
Ketiga, ditandai dengan semakin sering munculnya gangguan tadi dan mulai ada kesulitan tidur (insomnia). Pada tahap ini konsultasi dengan dokter harus dilakukan, kecuali kalau beban stres atau stressor dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan beristirahat.
Tahap keempat lebih parah lagi, mulai timbul kesulitan dalam kemampuan untuk menanggapi situasi. Tidur semakin sulit, mimpi tegang sering muncul. Konsentrasi menurun drastis, ditambah adanya perasaan takut yang tak jelas sebabnya. Pada tahap kelima hal-hal itu semakin menghebat. Penderita merasa sangat takut, sehingga mirip panik.
Pada tahap terakhir muncul gejala sesak napas, badan gemetaran, keringat berlebihan dan mudah kehilangan tenaga. Tahap keenam ini acap membuat orang pingsan.
Manajemen Stres
Pertama harus diingat, bukan stres yang merusak, tetapi cara kita menghadapinya. Shakespeare menulis: things are neither good or bad, but thinking makes them so. Ada beberapa orang yang mengalami jenis stres yang sama dan tidak apa-apa, tetapi orang lain ada yang langsung collapse. Anehnya, walau kita tak dapat bekerja maksimal saat stres yang cukup berat, tubuh kita tak akan dapat bekerja tanpa adanya stres. Aturan umum supaya tubuh kita dapat menghadapi segala tekanan yang datang ialah "stres-relaks, stres-relaks".
Departemen Kesehatan Jepang menemukan lebih dari 50 persen orang Jepang mengalami stres dalam bekerja dan persahabatan, dan mereka umumnya menghadapinya dengan cara menonton TV, mengobrol atau meneguk minuman agar bisa santai. Mengetahui batas kemampuan diri sendiri juga merupakan cara yang baik dalam menghadapi stres. Jatuh sakit biasanya merupakan tanda bahwa seseorang betul-betul memerlukan istirahat. Jadi, sebelum sakit, kita sebaiknya sudah sempat beristirahat, mengambil cuti atau berlibur.
Karena stres adalah pengalaman yang mengakibatkan ketakseimbangan dalam diri seseorang. Saat menderita stres, dianjurkan untuk berbincang-bincang dengan orang lain, siapa pun. Yang penting ia dapat membuat penderita memahami keadaan dirinya. Lebih baik lagi kalau konsultan ini membuatnya dapat meningkatkan kualitas hidup. Kondisi terbaik akan tercapai kalau penderita mengakui ia benar-benar menderita karena mengalami stres dan ingin sembuh.
Orang yang berkepribadian matang memiliki daya tahan lebih besar dalam menghadapi stres. Kematangan semacam ini diperoleh dengan bersikap realistis dan berani menghadapi kenyataan. Sikap ini akan meningkatkan kesadaran terhadap batas kemampuan diri, sehingga ia tak akan menuntut dirinya dan orang lain terlalu tinggi, yang akhirnya hanya akan menimbulkan frustasi, yang berujung pada stres berkepanjangan.
Kebiasaan sehari-hari seperti makan, tidur, olahraga yang teratur dan mencukupi dapat meningkatkan ketahanan dalam menghadapi stres. Gizi yang baik maupun kedisiplinan untuk bekerja dan bersantai banyak berguna dalam hal ini. Mempunyai perhatian terhadap hal-hal selain yang dikerjakan rutin juga sangat menolong. Selain memperluas cakrawala pandangan, hal itu dapat menjadi pelarian kalau situasi stres mulai mengancam.
Tak kalah penting adalah faktor-faktor psikis, seperti hubungan yang baik dengan teman, keluarga dan kerabat. Dalam suasana bahagia dan sehat, orang tak mudah jatuh terkena gangguan stres. Penelitian menunjukkan 80% stres memiliki hubungan keluarga yang kurang harmonis.
MENGATASI STRES TIDAK DENGAN STRESS |
Bila kita mau menerima perubahan apapun yg datang maka kita tak akan dilanda stress, demikian juga rutinitas, ini bisa bikin bosan dan memunculkan stress, kemudian pengharapan yg tidak realistis, dan hubungan -2 personal.. Nah hal ini kan terjadi sepanjang perjalanan hidup kita bukan ? Untuk mengidentifikasi sumber-sumber stres, kita perlu melihat lebih dekat kebiasaan, sikap, dan alasan kita yang menyebabkan stress:
Di dalam pengelolaan stress ada 3 pendekatan yang bisa kita lakukan:
Secara praktis, ketiga pendekatan diatas dapat dirangkum dalam langkah dibawah ini Avoid (Menghindari),
Alter (Mengubah),
Accept (menerima),
Mengelola stres adalah tentang bagaimana mengambil tanggung-jawab: tanggung jawab atas pemikiran Anda, emosi Anda, jadwal Anda, lingkungan Anda, dan cara Anda menangani masalah. Tujuan Yang paling utama adalah hidup seimbang, dengan bekerja, hubungan, relaksasi, dan kesenangan - plus ketahanan untuk terus di bawah tekanan dan memenuhi tantangan di kepala kita |
Isolasi sosial
Isolasi Sosial
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998). Ahli lain berpendapat Isolasi sosial adalah perasaan kesendirian yang dirasakan oleh seseorang individu telah menjauhi orang lain dan individu tersebut memandangnya sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam dirinya (McFarland dan McFarlane, 1997)
Isolasi sosial adalah usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi dan kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (Hamid et al, 1996).
Manusia sebagai makhluk sosial akan membutuhkan orang lain dan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami isolasi sosial ini secara otomatis mengalami gangguan hubungan sosial.
Gangguan hubungan sosial ini dapat terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang akan menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan interpersonal (Hamid et al : 2000). Bentuk isolasi sosial yang sering didapati oleh perawat pada klien yang mengalami gangguan jiwa adalah menarik diri. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993 dikutip oleh Keliat et al, 2002).
Dalam arti yang lebih luas lagi, menarik diri adalah suatu pola tingkah laku menghindari kontak dengan orang lain, situasi atau lingkungan yang penuh dengan stress yang menyebabkan kecemasan secara fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, individu dengan menarik diri cenderung untuk menghindari hubungan interpersonal.
Tingkah laku menarik diri umumnya merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan dan mempengaruhi perkembangan individu. Sebagai contoh, suatu kegagalan yang dialami seseorang dalam hudup dan intensitasnya yang berulang-ulang akan memberikan gambaran yang negatif kepada individu tersebut dan mengakibatkan timbulnya perasaan tidak mampu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan harapannya, dan akhirnya individu tersebut akan merasakan perasaan harga diri rendah dan kecemasan yang tinggi untuk mencoba sesuatu yang baru. Kondisi menarik diri ini sering menyebabkan seseorang lebih suka berdiam diri dan kegiatan sehari-hari terabaikan termasuk kebutuhan perawatan dirinya. Harga diri rendah yang dialami klien dapat juga menyebabkan perilaku klien yang tidak terkontrol dan cenderung untuk melakukan perilaku kekerasan.
2. Penyebab
Perilaku menarik diri yang sering terjadi biasanya di sebabkan oleh gangguan konsep diri, yaitu harga diri rendah. Dapat tergambar dengan perilaku individu yang kurang percaya diri, merasa tidak mampu. Hal ini disebabkan adanya kegagalan–kegagalan membina hubungan yang terjadi di sepanjang daur kehidupan yang telah dilalui di masa lampau atau disebabkan oleh kegagalan dalam merealisasikan keinginan, harapan dan cita-cita.
3. Tanda-tanda menarik diri
Tingkah laku yang timbul pada klien menarik diri yaitu kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih), afek tumpul, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada, klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan, tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feces, aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), harga diri rendah, posisi janin pada saat tidur, menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap (Keliat et al, 2002).
Ketika berinteraksi dengan perawat, klien menyatakan dirinya tidak berguna, malu bergaul dengan orang lain karena jelek, sudah tua. Ketika diajak untuk berhubungan dengan klien lain selalu mengatakan, “tidak ah, saya mau disini saja”. Ketika ditanya tentang mandi, menggosok gigi dan bersisir klien mengatakan, “malas”, “tidak mau”, “ya, nanti saja”.
Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadinya gangguan hubungan sosial yaitu (Keliat et al, 2002) :
a. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu (“pengasuh”) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian, pada kembar monozigot apabila salah satu di antaranya menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%.
Kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbic diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
Isolasi sosial : menarik diri dapat disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
5. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan faktor eksternal seseorang (Hamid et al, 2000).
a. Faktor internal
Sebagai contoh adalah stressor psikologi, yaitu stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi secara bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan individu.
b. Faktor eksternal
Sebagai contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya yang antara lain oleh keluarga.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan kepada klien dengan masalah utama isolasi sosial : menarik diri adalah :
a. Chlorpromazine (CPZ)
Merupakan obat antipsikosis dengan nama dagang : Largactil, Promactil, Ethibernal. Indikasinya yaitu sindroma psikosis dengan hendaya berat dalam menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, hendaya berat pada fungsi mental dengan manifestasi : gangguan asosiasi pikiran (inkoheren), isi pikir tidak wajar (waham), gangguan persepsi halusinasi, gangguan perasaan, perilaku aneh dan tidak terkendali. Hendaya berat dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan manifestasi : tidak mau bekerja, hubungan sosial/kegiatan rutin. Kontra indikasinya antara lain : penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS depresan. Mekanisme kerja obat ini yaitu : memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek sampingnya adalah sedasi , gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatoliptik : mulut kering, dan kesulitan miksi serta defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan introkuler tinggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akathisia, sindroma parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas) gangguan endokrin (amenore, ginekomastia), gangguan metabolik (Jaudice), hematologi (agranulositosis) biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
b. Haloperidol (HP)
Indikasi obat ini adalah hendaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral dalam kondisi kehidupan sehari-hari. Kontra indikasinya adalah penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan obat, penyakit SSP serta gangguan kesadaran. Mekanisme kerja yaitu sebagai obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek sampingnya antara lain sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik : mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur dan tekanan intraokuler meningkat, gangguan irama jantung).
c. Trihexilphenidil (THP)
Indikasi obat ini untuk segala jenis Parkinson termasuk pasca encefalitis dan idiopatik, sindroma parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Kontra indikasinya antara lain : hipersensitif terhadap THP, glaukoma sudut sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hipertropi prostat dan obstruksi saluran cerna. Mekanisme kerja obat ini sinergis dengan kinidine, obat antidepresan trisiklik, dan antikolinergik lainnya. Fungsinya untuk mengatasi gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson). Sedangkan efek sampingnya dapat berupa penglihatan kabur, mulut kering, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal dan retensi urin.
d. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan mekanisme koping yang dimiliki klien (Stuart dan Sundeen, 1995 dikutip oleh Keliat, 1998).
Pengkajian pada klien dengan masalah utama isolasi sosial : menarik diri yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan.
Semua hal yang menghambat perkembangan dapat menurunkan kemampuan berhubungan.
a) Kurang rasa aman.
b) Kurang stimulasi.
c) Kurang perhatian.
2) Faktor sosial budaya.
Pengasingan anggota keluarga yang tidak produktif.
b. Faktor Presipitasi.
1) Stressor sosial budaya.
a) Keluarga yang labil.
b) Di penjara.
c) Dirawat jika dalam kondisi patologis.
d) Kesepian dan pisah dengan orang yang dicintai.
2) Stressor psikologis.
Cemas meningkat sehingga mengakibatkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Tingkah Laku.
1) Tingkah laku klien curiga.
a) Tidak mampu mempercayai orang lain.
b) Bermusuhan.
c) Mengisolasi diri dari lingkungan sosial.
d) Paranoid.
2) Tingkah laku klien manipulasi.
a) Ekspresi perasaan yang tidak logis dengan tujuan.
b) Kurang asertif.
c) Orang lain dijadikan objek untuk mencapai tujuan.
d) Mengisolasi diri dari hubungan sosial.
3) Tingkah laku klien menarik diri.
a) Kurang asertif.
b) Apatis.
c) Aktivitas menurun.
d) Tidak mampu merawat diri.
e) Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.
d. Mekanisme koping .
1) Klien curiga : proyeksi.
2) Klien ketergantungan : regresi.
3) Klien manipulasi : regresi, represi, isolasi.
4) Klien menarik diri : regresi, represi, isolasi.
e. Tanda dan gejala isolasi sosial.
1) Data objektif :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain atau menyendiri, kurang komunikasi, tidak ada kontak mata, sering menunduk, sering memutuskan hubungan, pergi bila diajak bicara, ADL menurun, posisi fetus saat tidur.
2) Data Subjektif :
Ketika diajak untuk berhubungan dengan klien lain selalu mengatakan, “tidak ah, saya mau disini saja”. Ketika ditanya tentang mandi, menggosok gigi dan bersisir klien mengatakan, “malas”, “tidak mau”, “ya, nanti saja”. Data subyektif sulit didapatkan bila klien menolak untuk berbicara
2. Permasalahan
Subyektif :-
Obyektif :
1) Beberapa kali dirawat di rumah sakit dengan alasan amuk.
2) Klien memisahkan diri dari orang lain
3) Klien lebih banyak tidur
b. Isolasi sosial : Menarik diri.
Subyektif
1) Klien mengatakan malas untuk keluar rumah atau kamar.
2) Klien mengatakan tidak ingin berbicara dengan siapapun dengan alasan malas dan tidak bisa menjawab pertanyaan bila ditanya.
Obyektif :
1) Klien lebih banyak tiduran di kamar daripada keluar kamar.
2) Klien tampak lesu dan hanya berbaring di tempat tidur saja.
3) Klien hanya bicara bila ditanya saja dan berusaha menghindari interaksi dengan orang lain.
4) Peran serta di lingkungan kurang dan jarang mengikuti kegiatan di lingkungannya.
c. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah (HDR).
Subyektif :
1) Klien mengatakan bahwa dirinya merasa tidak bisa berbuat apa-apa,tak berguna.
2) Klien mengatakan merasa malu dan takut untuk bergaul karena merasa tidak berguna.
Obyektif :
1) Klien selalu menyendiri, banyak diam, menunduk bila berinteraksi, dan tidak mampu mempertahankan kontak mata.
Subscribe to:
Posts (Atom)